Friday, October 16, 2009

unDescribeable USA

Well... saya akan mulai untuk bercerita, meskipun telah 2 bulan lebih disini, baru kali ini saya membagi kisah hidup saya di USA, di blog yang baru saya bikin ini. Pertama kali saya menginjakkan kaki dan membuka mata di negeri Paman Sam ini, begitu bangga rasanya. Mekipun ini bukan negeri yang saya impikan dalam hidup, namun saya begitu bersyukur karena diberi kesempatan oleh AFS Indonesia melalui Program YES untuk belajar 1 tahun disini. Virginia adalah negara bagian yang menghosting saya. Kebetulan saya di tempatkan di Ibukota nya, Richmond. Kata kata saya sendiri mengansumsikan awalnya, Virginia adalah state yang sangat membosankan. Memang disini tidak seperti Florida dengan Pantai Miami nya, California dengan Hollywood nya, ataupun Colorado yang terkenal dengan ski nya, apalagi Forks, Washington State yang terkenal dengan Twilight, hehe. Namun dibalik semua itu, saya berusaha untuk menyukai Virginia, dan ternyata selama 2 bulan lebih saya disini begitu banyak hal yang menarik di state Poison Ivy ini yang saya jumpai. Saya bangga di hosting di Virginia karena di state ini lah settlement English pertama di Amerika. Di State ini perbudakan atau slavery yang terbesar di Southern Colonies yang mana slave tersebut diperdagangkan dari timur Afrika (tak salah disini hampir 60% khususnya Richmond ditempati oleh African America), namun sekarang yang saya saksikan, orang kulit putih dan kulit hitam hidup berdampingan. Saya menyimpulkan dari beberapa percakapan bersama orang orang disini, ternyata antara kulit hitam dan kulit putih khususnya di Richmond mereka kuranbg akur. Namun hal tersebut begitu pintar mereka sembunyikan. Asumsi tersebut saya simpulkan bukanlah dari pandangan sekilas, namun dari begitu banyak conversation antara kedua belah pihak yang saya pernah lakukan. Saya sekolah di Sekolah kulit hitam Amerika, Richmond Comuunity High School, sekolah yang kecil (muridnya sekitar 300an). Disini Alhamdulillah ditempatkan di senior, dan jumlah kulit putih di senior adalah 2 orang, saya dan teman saya. Pernah saya protes sama Local Coordinator, kenapa saya ditempatkan di sekolah yang tidak ada sport nya dan semua aktivitas sekolah berjalan begitu akademik. LC saya bilang, Richmond Community High adalah sekolah terbaik di kota ini, dan termasuk 10 rank sekolah terbaik USA. Sekolah ini menampung anak anak kulit hitam yang kurang mampu dan semua dari mereka akan mendapatkan beasiswa di Universitas. Tak salah, sebulan pertama saya sekolah disini, beberapa dari teman saya sudah pasti mendapatkan beasiswa di Harvard, Mary Washington, Dillard Univ dan universitas lainnya USA.
Tahun ini Richmond Community High menerima 6 orang anak Exchange. Saya, Peter Vaculciak dari Slovakia, Lissa Marie Lueer dari Jerman, Jaime Vidal dari Spanyol, Nam Du Chi dari Jerman dan Diana Dankova dari Slovakia. Di awal awal masa sekolah, selama lunch kita sangat terlihat menjauh dari siswa siswa lainnya. Duduk di meja yang terpisah yang sangat jarang sekali kontak dengan murid kulit hitam disini. Namun seiring berjalan nya waktu, ternyata orang kulit hitam itu sanagt asyik dan becandaanya lucu banget, beda dari becandaan kulit putih yang garing. Alhamdulillah, teman teman di sini menyukai saya dan setiap weekend saya bingung mau jalan sama siapa, soalnya banyak yang nelpon ke rumah mau ajak keluar. Namun yang benar benar bestfriend disini ada 2 orang, Lissa dan Peter. setiap Akhir pekan kita selalu keluar bareng, nonton, makan, dan jadwal yang selalu pasti adalah bersepeda keliling kota meskipun suhu nya 1 derajat celcius. Namun terasa hangat karena tawa yang terlahir ditengah dinginnya hari. Slalu beliin satu sama lain, selalu ke Mall bareng tapi hunting banget barang barang yang di sale, dan saling menghapus air mata satu sama lain. Ini adalah hal ke dua yang saya syukuri selama hidup di USA yaitu mendapatkan teman yang luar biasa, dan hal pertama yang saya syukuri adalah di Hosting di Ibukota, dan jarak dari rumah ke Down Town pun bisa ditempuh dengan bersepeda selama 10 menit.

Masalah subject yang saya ambil di sekolah, Orang tua di Indonesia menyarankan agar saya mengambil Fisika dan Matematika, karena 2 subjek itulah saya lemah di Indonesia. saya mengambil Fisika 13, AP Calculus, American History dan AP English. Perbedaan metode mengajar disini dengan di sekolah saya di Indonesia yang saya tanggap adalah dimana guru memang di tuntut melayani siswa dengan sepenuh hati.
itulah secuil berita kecil yang mampu saya kabarkan kawan.

*semua cerita diatas bukan maksud untuk menilai budaya rasis Amerika.